Jumat, 28 September 2012

KALI KEDUA KE GRANDMA GARDEN

Peristiwa yang menyenangkan lagi-lagi hadir di antara hari-hariku yang menyebalkan. Hari ini ulangan, esok ulangan, lusa ulangan, sepekan lagi ulangan. Yang berhasil membuatku kesal, tak hanya satu mata pelajaran yang diujikan, tetapi dua bahkan nyaris tiga mata pelajaran sekaligus. Memang sudah menjadi bagian dari seorang pelajar. Tak seharusnya berkata demikian untuk kalangan pelajar. Tapi mungkin ungkapan mudah itu hanya berlaku bagi anak-anak yang memang sudah terlanjur genious, kalau untuk kita-kita yang IQ-nya hanya sebatas rata-rata akan merasa kesulitan hingga mengeluh. Dapat ikut ujian dengan lancar saja sudah alkhamulillah, tanpa berfikir akan remidian atau tidak yang memang itu urusan belakangan. Karena tidak sedikit anak yang mendadak panas dingin setelah melihat coretan soal-soal ulangan yang menyebalkan. Hahaha J sangat menggelikan jika itu benar-benar terjadi.
“intan, besok ikut OSIS yo...” begitulah penuturan Kak Susanti, sang Ketua OSIS periode 2011/2012 yang mengabarkan padaku bahwa Latihan Dasar Kepemimpinan akan segera dilaksanakan di Pantai Karang Nini, yang lebih kukenal dengan sebutan Grandma Garden.
*****
Hari Minggu yang cerah. Tidak panas dan tidak juga turun hujan. Sangat tepat untuk menelusuri jalan menuju Grandma Garden. Ada yang sangat menyesakkan hati. Perjalananku kali kedua ini tidak lagi bersepeda bersama Tere, Nadia, Ichez, Tholib, Tofik, Ningrum dan Omah Ani. Rekan SMP yang sangat aku sayangi, yang kini terpisah dan entah kapan kami bertemu lagi. Kali ini, bukan sekadar berwisata dan bersenang-senang, melainkan sebuah kegiatan sebagai salah satu syarat untuk menjadi anggota organisasi tertinggi di sekolah yang kini menjadi tempatku mengayom pendidikan SMA. Jika memandang ke belakang, peristiwa yang ku jalani saat ini sangat bertolak belakang dengan kali pertama aku berkunjung ke pantai yang eksotis ini. Kalau dulu, guru-guru di SMP heboh membicarakan ulah kami. Memang modal nekat bisa sepedaan sampai di Grandma Garden yang jaraknya tidak lagi dekat dengan persinggahan. 

*****
Menyenangkan, mengharukan dan memilukan adalah gambaran yang tepat untuk menguraikan kalbuku. Sesi yang menyenangkan adalah ketika menyusuri hutan bersama mereka yang juga calon pengurus OSIS baru untuk periode yang akan datang. Dengan rute yang berbeda, tentulah ada pengalaman yang berbeda pula. Aku menjumpai terowongan, gua-gua, dan jalur kereta api yang dahulu tak aku temui. Aku memang tidak berjalan sendiri, tetapi bersama reguku yang sebelumnya sudah terbagi mejadi 4 tim. Bersama tujuh rekanku, yakni Kak Nandang sang Ketua OSIS baru, Kak Anwar, Mba Lulu, Adi, Ribkah, dan Riyanti. Kami berdelapan saling bahu membahu, bekerja sama mencari jejak menuju pos-pos yang berjumlah tujuh. “Sangat menjengkelkan.” Mungkin ungkapan ini lebih tepat saat berada di pos. Akan tetapi satu yang perlu diingat, di setiap pos memiliki nilai berharga tersendiri yang tidak aku temui di dalam kehidupanku sehari-hari. Dan pos yang paling berhasil membuat detak jantungku tidak stabil adalah ketika meniti tali. Bukan hanya aku, tetapi juga mereka kebanyakan tersenyum miring memandang ulah senior dan pembimbing yang dengan santainya dan dengan tidak berdosanya terus mengganggu, membuyarkan konsentrasi, menggoda dan terus menggoyangkan tali yang memaksa kami untuk terjun ke sungai yang memang kurasa tak begitu dalam sih..hahaha J tetap saja kalau iya jatuh sudah pasti memalukan. Tetapi, hmm, mengingat nilai yang terkandung di dalam permainan ini sangatlah dalam. Di sebuah organisasi, akan menjumpai berbagai masalah, gangguan, godaan yang mencari bagaimana solusi dan penyelesaiannya. Dalam hal ini, OSIS sangat diharapkan mampu meluruskan setiap hal yang miring. Sebagai OSIS tentu dituntut kerja sama, kekompakan, saling mendukung, kecerdasan, dan yang terutama adalah tanggung jawab serta kedisiplinan. Itulah yang menjadi salah satu jawaban mengapa aku berminat untuk bisa menjadi bagian dari keluarga besar OSIS. Karena sebagian dari hidupku adalah untuk berorganisasi. Aku cinta organisasi. Aku cinta OSIS. Dengannya aku berharap dapat belajar banyak bagaimana menjadi pemimpin yang baik.

*****
Beralih ke sesi yang mengharukan, yaitu ketika makan bersama. Dengan porsi yang sama, dengan waktu yang sama pula, kami dituntut harus selesai dalam waktu singkat yang telah ditentukan. Secara estafet kami harus saling membantu teman yang belum habis. Sedikit apapun,  tak ada yang boleh tersisa. Kami dibawa untuk sadar betapa di luar sana masih banyak yang tidak bisa mengisi perutnya sedangkan kami membuang rezeki yang tidak semua orang dengan mudah medapatkannya. Di bagian ini, kebersamaan yang begitu erat sangat tampak diantara kami. 


Dan yang paling mengharukan bagiku adalah ketika berjuang mempertahankan diri dari terjangan ombak pantai selatan yang terkenal ganas. Aku hanyut terpental ombak jauh ke bibir pantai. Hahaha J dari kejauhan akan terlihat seperti kura-kura yang kehilangan keseimbangan. Bagaimana tidak? Tubuhku yang kecil ini harus melawan desiran ombak yang kapasitasnya melebihi daratan. Hebat benar jika aku menang versus air laut itu. Mungkin juga, dapat dikatakan punya nyawa ganda yah? Hahaha J
Dan satu lagi yang mengharukan, adalah perjuangan tiarap dan merayap di pasir pantai untuk meraih logo OSIS di dalam gugusan pasir yang kurasa seperti mencari jarum di dalam tumpukan jerami. Sangat tidak mungkin. Apa yang terjadi jika menemukan logo tersebut? Kami harus mengambilnya dengan cara menggigitnya menggunakan gigi.
“huuuhhh, asin...” batinku yang berucap spontanitas. Mungkin karena ikan yang berkeringat sembarangan yah? Jadi air laut rasanya asin. Coba saja kalau ikan berkeringat langsung di lap menggunakan tissue, kan jadi tidak asin. Dan kalau bisa, di laut dipasang AC juga, agar ikannya tidak mudah berkeringat. Hahaha J gurauanku memang kadang-kadang sedikit tidak nyambung. Lupakan.

*****
Berpindah menuju hal yang memilukan. Bahkan barangkali sangat memilukan. Telah lama aku menunggu saat-saat yang memicu adrenalin. Pada akhirnya berujung kekecewaan.
“aku tidak jadi ikut repling..:(“ seruku membatin dengan jiwa yang agak sendu. Kalau saja aku ikut dalam kompetisi menulis cerpen yang sangat aku inginni, mungkin aku akan terus dimarahi oleh pembimbingku oleh karena kesalahanku dalam kaidah penulisan bahasa inggris. Sudah pernah ku katakan bahwa  bahasa inggrisku memang agak kacau. Sepertinya aku akan kesulitan bicara jika aku berada di negara yang biasa dijuluki “Matahari tak Pernah Tenggelam” itu. Hahaha J
Sebenarnya kesempatan untuk repling memang ada, hanya saja sang waktu sudah memaksaku untuk menuruni tebing. Hmm, sudah tidak ikut repling, terpisah pula dengan tim. “Tersesat...” begitu lebih tepat. Aku sendiri bingung bagaimana aku bisa terlepas dengan tim. Lengkaplah kemalanganku di pantai yang cukup luas ini. Dan sudah jatuh tertimpa tangga adalah ungkapan yang paling sesuai dengan keadaanku kala itu. Batinku mulai berteriak histeris, gelisah, cemas kemana harus melangkah.
“Pak Basit...!!!” seruku yang agak kencang penuh harapan saat bertemu dengan salah satu guruku. Kurasa ini adalah sebagian dari rencana Allah yang tak pernah aku duga, hingga pada akhirnya aku bisa berkumpul lagi dengan rekan-rekanku seperjuangan sebagai calon OSIS.  Terima kasih sudah pasti tak boleh terlupa akibat aku selamat dari rute yang sesat. Ketika aku sudah berada di gardu pandang,  teman-temanku sudah mulai tampak dari kejauhan. Seorang senior melambaikan tangan sebagai pertanda untuk menyuruhku mendekat. Yeee...aku bahagia...hidup di Khatulistiwa. Hahaha J sama sekali tidak nyambung.
Matahari tenggelam agak lambat tidak seperti biasanya. Hari itu sang surya memang sangat bersahabat dengan kami. Cerah berawan berhasil membuat kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa berlangsung lancar dan sukses.
Akhirnya tiba di penghujung acara. Dewa malam sudah mulai menampakkan sinarnya. Sang waktu menunjuk pukul 18.00 WIB yang memaksa kami untuk bercerai dengan pantai yang sarat kenangan mengasyikkan ini. Berat hati untuk mengangkatkan kaki. Kami masih ingin tinggal. Tapi rasanya ego tak  bisa lagi bergeming. Selamat tinggal Grandma Garden. Masih banyak pujian yang hendak muntah. Tetapi bukan saat ini. Masa yang akan datang kita akan berjumpa lagi, bila Tuhan pun mengijinkan. Keluarga sudah menanti kepulangan kami. Dan aku, sudah menyiapkan cerita yang akan kuurai. Saat-saat indah bersama teman di pantai yang menyenangkan, insya allah akan terulang lagi di waktu dan acara yang lain. Besar harapan terjadi perubahan menuju tingkat yang lebih baik. Lebih semangat memperbaiki diri. Segala kebaikan, tak akan terhapus oleh kepahitan. Dan segala kepahitan, pada akhirnya akan berujung manis. 23 September 2012 merupakan hari bersejaran bagiku, bagi dia, dan bahkan mungkin bagi mereka.



24 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar