Peristiwa yang menyenangkan lagi-lagi hadir di
antara hari-hariku yang menyebalkan. Hari ini ulangan, esok ulangan, lusa
ulangan, sepekan lagi ulangan. Yang berhasil membuatku kesal, tak hanya satu
mata pelajaran yang diujikan, tetapi dua bahkan nyaris tiga mata pelajaran sekaligus. Memang sudah
menjadi bagian dari seorang pelajar. Tak seharusnya berkata demikian untuk
kalangan pelajar. Tapi mungkin ungkapan mudah itu hanya berlaku bagi anak-anak
yang memang sudah terlanjur genious,
kalau untuk kita-kita yang IQ-nya hanya sebatas rata-rata akan merasa kesulitan hingga
mengeluh. Dapat ikut ujian dengan lancar saja sudah alkhamulillah, tanpa
berfikir akan remidian atau tidak
yang memang itu urusan belakangan. Karena tidak sedikit
anak yang mendadak panas dingin setelah melihat coretan soal-soal ulangan yang
menyebalkan. Hahaha J sangat menggelikan jika itu benar-benar terjadi.
“intan, besok ikut OSIS yo...” begitulah
penuturan Kak Susanti, sang Ketua OSIS periode 2011/2012 yang mengabarkan
padaku bahwa Latihan Dasar Kepemimpinan akan segera dilaksanakan di Pantai
Karang Nini, yang lebih kukenal dengan sebutan Grandma Garden.
Hari Minggu yang cerah. Tidak panas dan tidak
juga turun hujan. Sangat tepat untuk menelusuri jalan menuju Grandma Garden.
Ada yang sangat menyesakkan hati. Perjalananku kali kedua ini tidak lagi
bersepeda bersama Tere, Nadia, Ichez, Tholib, Tofik, Ningrum dan Omah Ani.
Rekan SMP yang sangat aku sayangi, yang kini terpisah dan entah kapan kami
bertemu lagi. Kali ini, bukan sekadar berwisata dan bersenang-senang, melainkan
sebuah kegiatan sebagai salah satu syarat untuk menjadi anggota organisasi
tertinggi di sekolah yang kini menjadi tempatku mengayom pendidikan SMA. Jika
memandang ke belakang, peristiwa yang ku jalani saat ini sangat bertolak
belakang dengan kali pertama aku berkunjung ke pantai yang eksotis ini. Kalau
dulu, guru-guru di SMP heboh membicarakan ulah kami. Memang modal nekat bisa
sepedaan sampai di Grandma Garden yang jaraknya tidak lagi dekat dengan
persinggahan.
*****
Menyenangkan, mengharukan dan memilukan adalah
gambaran yang tepat untuk menguraikan kalbuku. Sesi yang menyenangkan adalah ketika
menyusuri hutan bersama mereka yang juga calon pengurus OSIS baru untuk periode
yang akan datang. Dengan rute yang berbeda, tentulah ada pengalaman yang
berbeda pula. Aku menjumpai terowongan, gua-gua, dan jalur kereta api yang
dahulu tak aku temui. Aku memang tidak berjalan sendiri, tetapi bersama reguku yang
sebelumnya sudah terbagi mejadi 4 tim. Bersama tujuh rekanku, yakni Kak Nandang
sang Ketua OSIS baru, Kak Anwar, Mba Lulu, Adi, Ribkah, dan Riyanti. Kami
berdelapan saling bahu membahu, bekerja sama mencari jejak menuju pos-pos yang
berjumlah tujuh. “Sangat menjengkelkan.” Mungkin ungkapan ini lebih tepat saat berada
di pos. Akan tetapi satu yang perlu diingat, di setiap pos memiliki nilai
berharga tersendiri yang tidak aku temui di dalam kehidupanku sehari-hari. Dan
pos yang paling berhasil membuat detak jantungku tidak stabil adalah ketika
meniti tali. Bukan hanya aku, tetapi juga mereka kebanyakan tersenyum miring
memandang ulah senior dan pembimbing yang dengan santainya dan dengan tidak berdosanya terus
mengganggu, membuyarkan konsentrasi, menggoda dan terus menggoyangkan tali yang
memaksa kami untuk terjun ke sungai yang memang kurasa tak begitu dalam
sih..hahaha J tetap saja kalau iya jatuh sudah pasti memalukan. Tetapi, hmm, mengingat
nilai yang terkandung di dalam permainan ini sangatlah dalam. Di sebuah
organisasi, akan menjumpai berbagai masalah, gangguan, godaan yang mencari
bagaimana solusi dan penyelesaiannya. Dalam hal ini, OSIS sangat diharapkan
mampu meluruskan setiap hal yang miring. Sebagai OSIS tentu dituntut kerja
sama, kekompakan, saling mendukung, kecerdasan, dan yang terutama adalah
tanggung jawab serta kedisiplinan. Itulah yang menjadi salah satu jawaban
mengapa aku berminat untuk bisa menjadi bagian dari keluarga besar OSIS. Karena
sebagian dari hidupku adalah untuk berorganisasi. Aku cinta organisasi. Aku
cinta OSIS. Dengannya aku berharap dapat belajar banyak bagaimana menjadi
pemimpin yang baik.
*****
Beralih ke sesi yang mengharukan, yaitu ketika
makan bersama. Dengan porsi yang sama, dengan waktu yang sama pula, kami
dituntut harus selesai dalam waktu singkat yang telah ditentukan. Secara
estafet kami harus saling membantu teman yang belum habis. Sedikit apapun, tak ada yang boleh tersisa. Kami dibawa untuk
sadar betapa di luar sana masih banyak yang tidak bisa mengisi perutnya
sedangkan kami membuang rezeki yang tidak semua orang dengan mudah
medapatkannya. Di bagian ini, kebersamaan yang begitu erat sangat tampak
diantara kami.
Dan yang paling mengharukan bagiku adalah ketika berjuang mempertahankan diri dari terjangan ombak pantai selatan yang terkenal ganas. Aku hanyut terpental ombak jauh ke bibir pantai. Hahaha J dari kejauhan akan terlihat seperti kura-kura yang kehilangan keseimbangan. Bagaimana tidak? Tubuhku yang kecil ini harus melawan desiran ombak yang kapasitasnya melebihi daratan. Hebat benar jika aku menang versus air laut itu. Mungkin juga, dapat dikatakan punya nyawa ganda yah? Hahaha J
Dan yang paling mengharukan bagiku adalah ketika berjuang mempertahankan diri dari terjangan ombak pantai selatan yang terkenal ganas. Aku hanyut terpental ombak jauh ke bibir pantai. Hahaha J dari kejauhan akan terlihat seperti kura-kura yang kehilangan keseimbangan. Bagaimana tidak? Tubuhku yang kecil ini harus melawan desiran ombak yang kapasitasnya melebihi daratan. Hebat benar jika aku menang versus air laut itu. Mungkin juga, dapat dikatakan punya nyawa ganda yah? Hahaha J
Dan satu lagi yang mengharukan, adalah
perjuangan tiarap dan merayap di pasir pantai untuk meraih logo OSIS di dalam
gugusan pasir yang kurasa seperti mencari jarum di dalam tumpukan jerami.
Sangat tidak mungkin. Apa yang terjadi jika menemukan logo tersebut? Kami harus mengambilnya dengan cara menggigitnya
menggunakan gigi.
“huuuhhh, asin...” batinku yang berucap
spontanitas. Mungkin karena ikan yang berkeringat sembarangan yah? Jadi air
laut rasanya asin. Coba saja kalau ikan berkeringat langsung di lap menggunakan
tissue, kan jadi tidak asin. Dan kalau bisa, di laut dipasang AC juga, agar
ikannya tidak mudah berkeringat. Hahaha J gurauanku
memang kadang-kadang sedikit tidak nyambung. Lupakan.
*****
Berpindah menuju hal yang memilukan. Bahkan
barangkali sangat memilukan. Telah lama aku menunggu saat-saat yang memicu
adrenalin. Pada akhirnya berujung kekecewaan.
“aku tidak jadi ikut repling..:(“ seruku
membatin dengan jiwa yang agak sendu. Kalau saja aku ikut dalam kompetisi
menulis cerpen yang sangat aku inginni, mungkin aku akan terus dimarahi oleh
pembimbingku oleh karena kesalahanku dalam kaidah penulisan bahasa inggris.
Sudah pernah ku katakan bahwa bahasa
inggrisku memang agak kacau. Sepertinya aku akan kesulitan bicara jika aku
berada di negara yang biasa dijuluki “Matahari tak Pernah Tenggelam” itu.
Hahaha J
Sebenarnya kesempatan untuk repling memang
ada, hanya saja sang waktu sudah memaksaku untuk menuruni tebing. Hmm, sudah
tidak ikut repling, terpisah pula dengan tim. “Tersesat...” begitu lebih tepat.
Aku sendiri bingung bagaimana aku bisa terlepas dengan tim. Lengkaplah
kemalanganku di pantai yang cukup luas ini. Dan sudah jatuh tertimpa tangga
adalah ungkapan yang paling sesuai dengan keadaanku kala itu. Batinku mulai
berteriak histeris, gelisah, cemas kemana harus melangkah.
“Pak Basit...!!!” seruku yang agak kencang
penuh harapan saat bertemu dengan salah satu guruku. Kurasa ini adalah sebagian dari rencana
Allah yang tak pernah aku duga, hingga pada akhirnya aku bisa berkumpul lagi
dengan rekan-rekanku seperjuangan sebagai calon OSIS. Terima kasih sudah pasti tak boleh terlupa akibat aku selamat dari rute yang sesat. Ketika aku sudah berada di gardu pandang, teman-temanku sudah mulai tampak dari
kejauhan. Seorang senior melambaikan tangan sebagai pertanda untuk menyuruhku
mendekat. Yeee...aku bahagia...hidup di Khatulistiwa. Hahaha J sama
sekali tidak nyambung.
Matahari tenggelam agak lambat tidak seperti
biasanya. Hari itu sang surya memang sangat bersahabat dengan kami. Cerah
berawan berhasil membuat kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa berlangsung
lancar dan sukses.
Akhirnya tiba di penghujung acara. Dewa malam
sudah mulai menampakkan sinarnya. Sang waktu menunjuk pukul 18.00 WIB yang
memaksa kami untuk bercerai dengan pantai yang sarat kenangan mengasyikkan ini. Berat hati untuk
mengangkatkan kaki. Kami masih ingin tinggal. Tapi rasanya ego tak bisa lagi bergeming. “Selamat tinggal Grandma
Garden.”
Masih banyak pujian yang hendak muntah. Tetapi bukan saat ini. Masa yang akan datang kita akan berjumpa
lagi, bila Tuhan pun mengijinkan. Keluarga sudah menanti kepulangan kami. Dan
aku, sudah menyiapkan cerita yang akan kuurai. Saat-saat indah bersama teman di
pantai yang menyenangkan, insya allah akan terulang lagi di waktu dan acara
yang lain. Besar harapan terjadi perubahan menuju tingkat yang lebih baik. Lebih semangat memperbaiki
diri. Segala kebaikan, tak akan terhapus oleh kepahitan. Dan segala kepahitan,
pada akhirnya akan berujung manis. 23 September 2012 merupakan hari bersejaran
bagiku, bagi dia, dan bahkan mungkin bagi mereka.
24 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar