Selasa, 26 Februari 2013

Pelantikan Terkesan



Lagi-lagi sang pagi menampakkan ronanya yang kurang membawa semangat. Awan yang putih mempesona, kali ini diselimuti mendung menjadi abu-abu kusam. Langit tempatku bermimpi seperti hendak runtuh. Tetapi suasana yang seperti inilah yang aku harapkan selama aku berada dalam perjalanan sebuah proses. Aku adalah seorang pelajar setingkat eS-eM-A. Tepatnya disebuah kota yang merupakan kawasan terluas di Pulau Jawa. Ialah Kabupaten Cilacap. Lebih spesifiknya Kecamatan Kedungreja. Tepat sekali, disanalah aku duduk sebagai pelajar. Sebut saja Intan. Aku punya habi menulis. Hahaha :) sayangnya, tulisanku itu semakin hari semakin gaje alias gak jelas. Itu sebabnya aku dijuluki sebagai penulis gaje bin amatiran.


Tulisanku kali ini, datang dari sebuah pengalaman perjalanan sebuah proses. Kegiatan kepramukaan, sudah pasti tidak lagi terdengar tabu di telinga. Dari tingkatan siaga menjadi penggalang, kemudian penggalang menjadi penegak, itu semua merupakan proses. Dan aku adalah anak pramuka, yang dalam waktu dekat ini hendak dilantik menjadi seorang penegak. Dengan berpedoman pada Dasa Dharma dan taat pada janji Tri Satya, aku siap untuk mengenakan balok bantara. Namun, perlu diingat bahwa tidak mudah untuk mendapatkan itu. Perlu kesungguhan dalam usaha yang maksimal.
Perjalanan pelantikan bantara kali ini dilaksanakan di luar kota, tepatnya di Kabupaten Banyumas. Mendengar kabar itu,subhanallah sekali bagiku.  Daerah yang kukenal ramai dan lebih dari indah pemandangan yang cukup memakan banyak pujian. tidak lama lagi aku akan mengukir sejarah baru dalam tulisanku. Di tengah perjalanan menuju bumi perkemahan, cukup memaksaku untuk terus memuji betapa besar Tuhanku menciptakan alam ini dalam segala bentuk yang beragam. Lereng bukit yang berundak-undak atau yang kerap disapa terasering adalah salah satu pengamalan sebuah ilmu yang pernah kupelajari dari bersekolah. Kemudian jalan yang berkelak-kelok yang membawa makna bahwa bidang miring seperti gunung itu memang sudah seharusnya memiliki jalan yang berliku. Disambut oleh cuaca yang mendukung, tidak panas dan tidak hujan. Langit biru tak menampakkan sang surya yang menyinari bumi. Kutengadahkan mataku ke atas, kujumpai awan. Lebih jauh lagi kujumpai langit seperti berpintu yang memaksaku untuk masuk. Itulah yang mungkin kerap disapa kolong langit. Disanalah aku hendak dilantik.
“hmm, khayalanku semakin kacau saja.”
Ini barulah sebagian dari perjalanan. Sudah berapa kali kalimat tasbih berhembus dari mulut kecil ini. Aku masih saja berceloteh yang mungkin membuat semilir anginpun bosan.
angin bisu...kuharap kau masih kuat mendengarkan bahasa yang tak mau diam.”
Setelah lebih kurang tiga jam perjalanan, akhirnya sampai juga di tempat tujuan bernama Bumi Perkemahan Kendalisada. Kali ini memperbanyak bersyukur dengan kalimat tahmid. “alhamdulillah... :)”
Hmm, nyaris terlupa. Aku berkemah tidak sendiri. Bersama Rizki, Erna, Nazil, Novi, Tari, Sanah, Jaryati, Eti, Eka, Devi, Dewi, dan Yulia, kami bertiga belas dan seorang pengampu brenama Ka Dwi Kurniasih atau yang kerap disapa aktivis pramuka, kami saling bekerja sama untuk kelancaran dan kesuksesan kegiatan ini.
“kami adalah satu tim, bukan kelompok.” Kami tergabung menjadi RT Tiga Putri.
“kami ingin jadi yang terbaik, diantara yang paling baik. Dan untuk bisa menjadi yang terbaik, akan kami lakukan maksimal.” Itulah merupakan salah satu semangat kami meski tujuan utama kami adalah kembali membawa pangkat bantara yang dibahu kami terpasang satu beban yang harus kami pertanggung jawabkan.
“Mba Intan, aku gak ngerti cara mendirikan tenda. Yakinlah, aku kerjakan yang lain saja ya..” ucap Dewi dengan logat tulennya menyebutku dengan sebutan “mba.”
“hahaha... :D sama juga sih. Little-little taunya :p “ jawabku singkat dengan sedikit gurauan.
Langkah pertama setelah menurunkan barang dari kendaraan ketika sampai tujuan adalah mendirikan tenda. Namun, tak bisa dipungkiri, tim putri memang sejatinya membutuhkan bantuan laki-laki hingga pada akhirnya tenda RT Tiga Putri berdiri tegak dengan bantuan Ka Anwar, Ketua Himpunan Pelajar Pecinta Alam yang juga ikut andil dalam kegiatan ini. Eits, tidak lupa dengan dua orang pembina ambalan Bakti Kusuma Jaya/Puspa Bakti Pertiwi, Ka Basit dan Ka Sumirah yang karena bimbingan dan doa beliau sukses membuatku mengerti arti kejujuran dan kedisiplinan. Okey, lengkap sudah mengenai perkenalan singkat. Sebenarnya masih banyak senior yang bila kusebutkan satu per satu mungkin akan memakan durasi yang terlalu lama oleh karena menjabarkan karakter para senior yang berjumlah tidak sedikit.
Yeah, berpindah ke acara selanjutnya ialah games sore. Hahaha :D seru banget ini. Meskipun banyak yang aku lupakan, namun menurutku yang paling menegangkan, menyesakkan, menyenangkan dan membawa kebahagiaan adalah ketika berada di dalam sebuah ruangan yang cukup gelap, aku dan Sanah, anggota timku yang sebelumnya tak menyempatkan diri untuk belajar, kali itu mengikuti LCTPram. Dengan bermodal watados (wajah tanpa dosa) serta rasa percaya diri yang maksimal dan dengan rasa tidak berdosanya membuahkan hasil yang sangat sulit dipercaya atau lebih kerennya itu mustahil. Hehehe...”menang..yeee!!!”
“Alhamdulillah...” seharusnya ungkapan ini lebih tepat. Jika berada dalam kondisi kegirangan, memang sudah sifat, sering kali kita melupakan kemurahan Tuhan.
Saatnya sejenak untuk beristirahat. Seperti ini akan lebih baik untuk mengembalikan energi yang sempat terkuras habis ketika mendirikan tenda. Masih ada malam pertama dan malam kedua. Masih ada hari esok dan esoknya lagi. Jadi bersemangatlah. Setidaknya itu merupakan salah satu jurus untuk melawan hari.
*****
Heu... hujan deras mengguyur halaman perkemahan, Tuhan begitu murah menurunkan hujan begitu lebatnya dan sukses membuat keadaan di dalam tenda basah kuyup hingga tak layak untuk dihuni. Tetapi tidak ada yang perlu ditakutkan, masih ada alternatif lain untuk tinggal, di pendopo dan disanalah aku dan teman-teman hendak menghabiskan malam yang tanpa kehadiran bintang. Hmm, tak sedikitpun aku menyesal karena terlupa untuk membawa peta bintang yang kubuat dari petunjuk Observatoruim Bosscha. Tak ada rasi Ursa Minor yang biasa kujumpai di langit belahan utara di waktu subuh. Tak muncul juga rasi Apus dan Circinus yang biasa kujumpai di langit belahan selatan ketika waktu menunjukan pukul 20.00 WIB. Namun beruntungnya, malam pentas seni yang diselimuti rintik hujan itu ternyata tak menyurutkan semangatku juga teman-teman. Dan malam yang tak dihadiri oleh bintang itu menjadi saksi pergelutan hebat antara RT Tiga Putri dan RT Empat Putra hingga akhir acara. Hahaha :D disinilah wadah tertawaku membludagkkarena saling beradu yel-yel dengan tim putra itu.


***SKIP***
Pagi menyapa dengan segala tingkah udara membawa kesegaran.  lagi-lagi Sang Surya belum juga memancarkan cahayanya. Aku berserta segenap timku telah siap tuk berlaga dalam wild game seusai sarapan dan olahraga pagi."GOOO..." kulangkahkan kaki kanan dan mulai menyusuri jalan menuju arena wild game yang terbagi menjadi enam pos itu. Pertama seputar keagamaan. tidak begitu masalah bagi timku...yang jadi masalah, mungkin kami kekurangn waktu. Kedua, tentang P3K."hahaha...:D" aku tertawa membatin sedikit girang. Tidak percuma kau pernah mengikuti Jumbara yang baru-baru ini muncul lagi dalam pertanyaan yang sama sepintas Pertolongan Pertama. Kemudian di pos 3, mndengar namanya saja sudah cukup memaksaku untuk memutar otak. "kertas-kertas njrimet" aku pikir disini akan meminta logika yang tinggi."bagaimana mungkin, IQ-ku saja standar dan rata-rata, pantas saja bila gagal di pos ini" batinku mengejek.Tidak apa-apa, sepertinya aku lebih mementingkan kekompakkan. Selanjutnya di pos 4. Disiniliah kutemui ilmu baru yang sebelumnya belum pernah kudengar. "Bivak dan Survival"Lelah, bahkan sangat lelah. Tpai semangat berhasil mengusir kelelahan itu. Kemudian di pos 5 yaitu memindahkan air yang mengalir di potongan kayu yang berlubang dan pos terakhir adalah nyanyi versi jawa. Di pos ini benar-benar menuntut kerja sama.
Bersyukur dengan kalimat tahmid lagi-lagi ngeksis ditengah keadaan yang sarat kelelahan. Lekas kubersihkan tubuh yang kini berbau tak lagi harum.
"Pakai air secukupnya ya, De!!" ucap Ka Ria, salah seorang senior berusaha menasihatiku dari arah uar yang terdengar sedikit berteriak.
Lalu sedikit aku merenung betapa bersyukurnya aku dan timku bisa sampai lebih dulu di perkemahan sehingga bisa menikmati air bersih yang terlihat meluap.
***Malam Terakhir***
Tidak terasa  malam terakhir menyapa begitu cepat. Sayang sekali bintang tak kunjung datang menampakkan sinarnya. Hujan terus bersahabat yang menyebabkan tak ada api unggun. Derasnya air mengalir mengulangi pergelutan yang belum berakhir. Satu dan samakan suara, Beri kisbay dan muntahkan, tepuk-tepuk sampai promosi perdana simpati, as dan XL, lumayan membuat perutku senam letih karena gelak tawa berlebihan yang tak kunjung diam. Menghilangkan lelah dan menutup aktifitas hari ini dengan berpindah ke dunia mimpi.

***over***
Rangkaian kegiatan telah selesai. pergelutan hebat juga telah usai. Dan ta ada yang menyangka pergelutan itu mengajarkanku dan timku selalu kompak dan senantiasa bersatu. Itulah yang membawa kami tuk menjadi  yang sesuai dengan apa yang kami inginkan. Lagi-lagi Tuhan begitu murah. Jatuh juga titik hujan menyertai puncak acara."Aku telah menjadi terlantik." batinku girang.Sampailah di puncak kesulitan dimana aku harus bertanggung jawab sebagai ketua untuk mencari balok bantara. Dengan tidak lupa kata bismillah, akhirnya lekas juga. Di semak-semak yang dipenuhi oleh lumayan banyak belukarlah, disana Yulia, salah seorang timku yang cukup unyu dan ngangenin menurutku yang menemukan balok bantara yang kami cari itu.Lagi-lagi bersyukur. Dan lagi-lagi perpisahan sudah menanti diujung lengan kiriku. Arloji yang kupakai telah menunjukan pukul 10.42. Saatnya aku harus kembali. Perpisahan memang suatu keharusan, karena setiap pertemuan selalu saja diikuti oleh perpisahan meskipun tak ada yang mengharapkan peristiwa yang menguras air mata ini terjadi. Tangis haru menyelimutiku dan tak kunjung reda.Selamat tinggal buni perkemahan yang sarat kenangan. Begitu banyak hikmah yang dapat kupetik dari kegiatan ini. Begitu banyak pelajaran yang aku terima yang diantaranya adalah sebuah rumusan masalah bagaimana aku harus bisa menghemat air sehemat mungkin. Begitu banyak pengalaman yang kutemui dan terus memaksaku untuk kembali ke tempat yang membawa kegirangan ini.Terimakasih Ka Pembina.Terimakasih Ka Andi, Ka Christa, Ka Dwi, Ka Septi, Ka Tenti dan segenap ka senior.Terimakasih teman-teman yang telah membawaku pada satu keriangan yang sulit tuk diulang.Dan sampai jumpa di puncak kesuksesan. 19 Desember 2012 merupakan hari bersejarah bagiku, dan mungkin bagi mereka kebanyakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar