Nazril Azzam adalah namaku. Sebut saja Azzam. Aku terlahir
dalam keluarga yang sederhana. Aku terlahir sama seperti anak lainnya.
Memiliki dua mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, mulut untuk
bicara, hidung untuk bernafas, kaki untuk berjalan, dan masih banyak
lagi karunia yang Tuhan anugrahkan kepadaku. Satu hal yang tak ternilai
bagiku adalah sosok keluarga dan sahabat. Ya, mereka adalah sebagian
dari ragaku, harapan dari mimpi-mimpi kecilku, dan sebagai senyum
semangatku. Aku sangat beruntung, punya ayah dan ibu yang selalu
membimbingku, adik yang selalu menemaniku berkelahi, dan dua sejoli
sahabatku, Dani dan Rifa yang baik selalu padaku. Bersama mereka adalah
surga bahagiaku. Tapi, ngomongin ceritaku tanpa cinta itu ya, nggak asik
dong ! Etapi..kini aku tak begitu memikirkanya, setelah masa lalu yang
kurasa tak perlu untuk diungkit kembali. Gadis yang dulu aku anggap
belahan jiwa ternyata aku salah. Hmm, mungkin. Beruntungnya aku punya
dua sahabat yang baik yang mampu mambuatku tetap semangat.
"Tenang, Zam, Keke pasti nyesel ninggalin kamu." ucap Rifa.
"Iya Fa, aku ngak papa kok." jawabku tenang.
"Zam,
kamu kok santai amet sih, kaya serasa kagak ada masalah gitu." tanya
Dani yang tak rela melihatku baik-baik saja usai berpisah dengan Keke.
"Memangnya gadis cuma Keke?" tanyaku balik ke Dani.
"Wah..memang
nih sohibku yang paling oke. Aku optimis kamu pasti bakal dapat
pengganti yang jauh lebih baik dari Keke, Zam." sambung Dani.
"Pasti-pasti." sahut Rifa. Begitulah dua sahabatku membangkitkan semangatku ketika aku sedang bersedih.
Aku yang sekarang sudah sedikit lebih gede.
Seragamku saja sudah putih abu-abu. Awal sekolah yang baru pastinya
dengan suasana yang baru juga. Tapi, sahabat masih sama yang lama yang
mengasyikkan. Jadi siswa SMA itu jelas berbeda dengan kehidupan selama
di SMP. Di SMA jauh lebih bebas, tapi ya tetap ada aturan yang memaksa
harus di patuhi. Ya iyalah, namanya juga anak sekolah ya banyak
aturannya. Dan itu adalah fakta, bukan lagi sekadar opini. Setelah
melewati Masa Orientasi Siswa yang menyabalkan, kini aku, Dani dan Rifa
sudah resmi terdaftar sebegai siswa di SMA Putih Abu-Abu. Nama
sekoklahku keren ya? Hehe..
Sekolah boleh beda, tapi yang namanya
kebiasaan SMP masih juga dilestarikan, hahaha... ABC lima dasar.
Memalukan. Meskipun statusnya pelajar SMA, jiwa anak-anak juga masih
kental diantara kami. Selain itu, bermain laptop sudah jadi kegiatan
sehari-hari kami. Aku suka banget baca rubrik, yang pasti isinya bukan
gosip tapi bernilai edukasi yang biasa kubaca di majalah atawa lebih
seringnya di internet. Taukah kamu? aku ini sudah terkenal loh, di facebook..hmm, semenjak berpisah sama Keke, jadi muncul banyak kalimat inspirasi yang aku share di facebook. hehe. Kalau Dani dan Rifa sukanya bikin dokumentasi. Kompak banget mereka. Sempat iri sih, sama mereka..tapi,
"Azzaaam.....?" teriak dua sohibku membuyarkan lamunanku.
"Haloo.." celetukku.
"Hmm, kebiasaan kalau kaget pasti nyemburnya gitu. Sampai hafal aku.?" ujar Rifa.
"Masbro lagi ada masalah ya? Cerita dong." sambung Dani.
"Oh..oh, aku tau, Yo, Azzam lagi kesepian pasti. Kita cariin couple buat Azzam yuk?" ajak Rifa pada Dani.
"Setuju"
"Ihh, kalian apaan sih. Ngak ah, aku ngak setuju." kataku menolak usul Rifa.
"Azzam galau..haha" cibir Rifa.
"Kalau galau jangan risau." kata Dani ikut-ikutan."
"Iuuhh...jangan ndeso and kamseupay gitu deh" ucapku ketus dengan gaya seorang korban televisi.
"Ahaha, muka Azzam memerah."
"Sungutnya mulai keluar"
"Ihh, takut...kabur... "
"Babay Azzam." keduanya ngacir meningalkanku.
Punya sahabat seperti mereka memang asik banget. Lucu, ya meskipun sering menyebalkan. "aku lama tak buka facebook, banyak juga inboxnya."
Sampai akhirnya kutemukan sebuah nama unik, Mrs. Beast. Sepertinya menarik untuk jadi teman chat baru. Biasanya kan nama facebook kebanyakan keren, ini kok beda ya? Hmm, mungkin ini bakalan asik.
Mrs. Beast : "hai, Nazril Azzam?"
Nazril Azzam : "haloo..:)"
Mrs. Beast : "aku suka kata-kata bijak kamu. Belajar dimana sih? ajarin dong."
Nazril Azzam : "trmksih, tapi itu cuma improve aku saja kok. By the way, kalau boleh tau kamu siapa sih? Kok namanya Mrs. Beast?" tanyaku heran dan itulah pesan terakhirku saat itu.
Sumpah, misterius banget dia.
"Azzaaaaam......" teriak Dani dan Rifa lagi-lagi berhasil membuatku terkejut.
"Kalian itu demen banget ya bikin aku kaget?" keki aku.
"Zam, aku sama Rifa baru dapat couple baru buat kamu, cantik lho, beneran deh. Iyakan Fa?" ucap Dani
"Ihh..Dani, cantikan juga aku kali :p" geli Rifa.
"Nahlo, Yo, dengerin tuh, Rifa jealous.
Lagi pula kalian ngak usah repot-repot seperti itu, aku sudah......."
kataku mengantung berhasil membuat kedua sahabatku penasaran.
"Udah apa Zam, couple kamu? Siapa? Kenalin dong?" tanya Dani
"Aduh Zam, yakin deh, ini anak baru beneran cantik. Cocok deh sama kamu." kata Rifa serius.
Tiba-tiba
seorang gadis berlalu di hadapan kami dan langsung Rifa berteriak
memanggilnya "Nitiaaaa..." teriak Rifa pada gadis itu sembari
melambaikan tangannya pertanda mengajaknya mendekat ke arah kami. Gadis
itu tersenyum dan menyapaku.
"Halo, kamu Azzam kan?" tanyanya.
"Iya. kamu?" tanyaku balik.
"Namanya Tia, Zam. Cantik kan?" ucap Dani mengenalkan Tia padaku.
Aku memang masih kelas satu, tapi namaku sudah tak asing lagi disini.
"Hai, Tia.. Kok kamu tau namaku?" tanyaku heran pada gadis manis pemilik nama Tia itu.
"Hmm, nama kamu di facebook sudah dominan dikalangan remaja." jelasnya.
"Ekhhmm, baru kenalan udah deket aja nih. Jadi ganggu ya. Ke kantin yuk
Fa, perut sudah mulai menari nih belum sarapan." ajak Dani pada Rifa.
"Oke..babay Azzam, babay Tia...?" pamit mereka dan berlalu dan membiarkanku jalan berdua bersama Tia.
"Kamu pindahan dari mana?" tanyaku.
"Semarang." jawabnya singkat.
Tak banyak hal yang kami bicarakan, ternyata sudah sampai di depan
kelas masing-masing. Perpisahan pertama terjadi di lorong sekolah.
"Bay.." itulah kata terakhir kami saat itu.
"hmm, gadis itu manis juga." pikirku.
Masih ada sekitar 15 menit bel masuk berbunyi. Dua sejoli sahabatku
belum juga masuk kelas. Sambil menunggu, iseng-iseng saja aku membuka facebook. Gadis misterius itu membalas pesanku lagi.
Mrs. Beast : "aku adalah cahaya, yang baru saja masuk dalam kehidupanmu."
Nazril
Azzam : "Lantas bagaimana aku bisa mengenalmu, seperti aku mengenal
teman-temanku yang lain? Foto profilmu saja aku nggak tau." tanyaku
penasaran benar dengannya. Siapa sih dia?
Mrs. Beast :
"Hujan telah mengabarkanku tentang dirimu. Dan pelangi telah mengirim
potret diriku dalam anganmu. Itulah aku.”
Nazril Azzam : "Baiklah, sudah kuterima potret itu. Aku senang bisa mengenalmu. Kamu seorang penyair ya?"
Mrs. Beast : "Ah tidak. Aku ini calon penyair yang pemurung. Aku saja belejar itu darimu."
Nazril Azzam : "Aku tidak percaya. Pasti kamu penyair hebat kan?"
Mrs. Beast : "Jangan menyimpulkan seperti itu. Kamu sudah jelas jauh lebih pandai dariku. Tulisanmu jauh lebih indah."
Nazril Azzam : "Aku memang suka hal ini. Menulis sudah menjadi adat dalam hariku. Mungkin begitu barangkali."
Mrs. Beast : "Kamu benar. Menulis adalah salah satu cara yang baik untuk bicara. Membayangkan prosa yang enak dibaca."
Sedang asiknya chat bersama
Mrs. Beast, bel masukpun mengeluarkan kebisingannya. Kedua sahabatku
sudah kembali bergabung di ruang kelas yang ramai dan menyenangkan.
Buru-buru aku menutup laptopku dan mulai membuka buku pelajaran.
"Chat sama siapa sih? Serius amet.!!!" toyor Dani.
"Eh, Zam..gimana sama Tia? Cantik kan?" tanya Rifa.
"Kalian apaan sih? Nggak lucu tau :p" toyorku pada keduanya.
"Zam, kita itu pengin kamu punya couple. Dan kita pikir Tia yang terbaik." ucap Rifa bijak.
"Iya, Zam. Jangan terlalu menyiksa diri. Padahal kan kamu banyak tuh, fans di facebook tapi nggak ada yang nyantol satupun kan?" sahut Dani.
"Enak aja nyantol. Memangnya dikira jarum apa? Hehe. Ada sih satu yang nyangkut." kataku.
"Haaahhh....!!! Siapa?" tanya Rifa tidak percaya.
"Aku juga belum tau pasti, misterius dia." ungkapku.
"Terus, Tia gimana dong?" sambung Dani.
"Tia baik kok." ucapku.
Pak Duta, sang guru datang. Pelajaranpun dimulai. Pembicaraan kami terhenti saat itu.
*****
Bel istirahat berbunyi. Seperti biasa, kami harus mengisi perut kami
dengan nasi goreng buatan ibu kantin langganan kami. Di sudut kantin
sudah ada gadis manis yang baru kukenal pagi tadi, Tia. Segera kami
menyusul duduk bersama Tia.
"Hai, Ti..? Tau aja tempat makan kita hehe" cengir Rifa.
"Masa sih? Panggilan hati kali ya?" tebak Tia.
"Hatinya Azzam. Hahaha.." celetuk Dani tak peduli dengan perasaan Azzam.
"Aish..kok jadi aku sih?" ucapku sembari membuka laptop lagi. Semantara Dani dan Rifa memesan makanan. Aku melanjutkan chat-ku brsama gadis misterius itu.
Nazril
Azzam : "aku telah membisikan isyarat pada angin, apa kau
merasakannya? Ini benar, aku ingin tau namamu. Bisakah kau kenalkan aku
pada jalanmu"
Mrs. Beast : "bukankah sudah kubilang. Cahya."
Nazril Azzam : "jadi namamu Cahya? Lalu bolehkah aku menjaga hatimu, Cahya?"
Sedang asik-asiknya, teriakan Rifa membuyarkan suasana.
"Tia..Tia..ik..Nitia Nirmala Cahya......?" teriak Rifa memanggil nama Tia.
"Kamu pesan apa?" tanya Rifa.
"Eh..iya, samain aja.?" jawab Tia.
"Nitia Nirmala Cahya? Jangan-jangan..." pikirku menebak-nebak.
"Kalian berdua lagi ngapain sih? Sibuk banget kayaknya." sambung Dani.
Aku menghiraukan pertanyaan Dani dan melanjutkan obrolanku.
Nazril Azzam : "Cahya, apa kamu gadis dihadapanku ini?"
Mrs. Beast : "Hmm... :)"
Nazril Azzam : "aku senang itu adalah kamu. Jaddddiii...?"
Mrs. Beast : "hatiku satu, dan nggak mudah untuk menjaganya. Apa kamu yakin akan bisa?
Nazril Azzam : "aku punya satu cinta. Kukira itu akan cukup untuk menjaga hatimu. Aku menyayangimu, tersenyumlah padaku."
Mrs. Beast " :) "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar