Jumat, 24 Juli 2015

Episode 2021

Ini adalah sepotong synopsis sebuah cerita fiksi yang mungkin akan berjudul “Episode 2021”. Sebuah cerita yang dikemas menjadi suatu novelet karya remaja belia yang merindukan jati diri yang telah lama ia cari-cari.
Ini ‘mungkin’ saja cerita yang mengisahkan tentang sosok gadis belia dengan orang-orang terdekatnya. Tentang pencarian noktah terbaik yang mau diajak bicara. Sayang sekali tidak ia temukan. Meskipun telah berulang kali melewati lorong-lorong esema yang telah membesarkan namanya.
Bayangan itu tetap tidak ada. Bahkan ‘mungkin’ tidak akan pernah ada. Harapan sebuah bahu yang tulus itu hanya semu. Sebuah imaji tak bermutu.
Ini ‘bisa jadi’ kisah tentang gadis belia yang sangat menyukai sekaligus membenci pelajaran kosong. Mengapa? Karena memang tidak memberikan pengaruh baginya. Karena pelajaran kosong tidak akan merubah kenyataan tentang dirinya yang kesepian. Ah, tentu sudah menjadi hal yang biasa bagi gadis belia ini. Ia telah terbiasa berjalan sendirian, tak berteman. Meskipun semua orang menghormati, tetapi semuanya
juga tak ada yang mau peduli. Ia ralat : tidak semuanya, tetapi sebagian besar adalah IYA.
Ini ‘barangkali’ dongeng tentang gadis belia yang merindukan hangatnya pelukan seorang teman perempuan yang sempat terlepas karena sebuah perpisahan. Gadis belia ini telah lama kehilangan senyumnya yang menyejukkan. Senyum yang tulus. Senyum yang indah. Kini yang tersisa hanyalah garis wajahnya yang sempurna sirna terbungkus sebuah topeng kepalsuan. Segala skenario kebohongan terlukis di sana.
Ini ‘seperti’ cerita bertajuk pengalaman fiksi seorang gadis belia yang selalu punya punya episode romantika yang indah. Romantikanya bersama sang bunda, ‘mungkin’ teman-temannya, orang-orang terdekatnya, juga ‘mungkin’ pemudanya. Kisah romantika yang nyaris tak ada seorang yang boleh mengetahuinya. Terkhusus ‘mungkin’ pemudanya. Sosok pemuda yang dikenalnya saat ia baru menyadari bahwa ia pubertas di usia yang sangat belia : empat belas tahun. Pemuda yang berhasil mengubah gadis belia yang semula berambut panjang, legam dan bercahaya yang terurai menutupi bahu, kini telah sempurna terbungkus oleh kain kerudung yang menjuntai indah menutupi dadanya. Pemuda yang alim. Pemuda yang ‘mungkin’ juga misterius. Pemuda yang sukses membuat gadis belia ini terbukti ‘normal’ dengan ketertarikannya dengan lawan jenis. Pemuda yang berhasil membuat gadisnya meminta dengan harap-harap cemas kepada Tuhan, agar nama pemudanya hadir di monitor ponselnya setiap malam menjelang pukul puluh dua puluh satu.
Apakah gadis belia ini benar-benar telah jatuh cinta? Kepada ‘mungkinkah’ pemudanya itu? Ah, siapa pula pemuda itu? Tidak penting. Sang bunda tentuu jauh lebih  berhak mendapatkan cinta gadis belia ini. Ketimbang pemuda yang baru dikenalnya melalui pertemuan singkat yang serba berkelebat.
Siapa pemuda yang berhasil menarik hati gadis belia itu? Siapa? ‘mungkin’ pemuda itu adalah seseorang yang telah lama dinantinya. Pemuda di antah berantah yang jauh dari gadis belia ini. Dia juga tidak yakin apakah akan ada pertemuan selanjutnya atau tidak. Gadis ini paham, belum saatnya ia memupuk cintanya terhadap pemudanya agar bersemi dengan indah. Mengakui perasaannya hanya akan mempermalukan diri. Satu-satunya solusi terbaik menurutnya adalah dengan ‘membunuh cinta’ yang belum seharusnya ada. Mampukah gadis belia ini melakukannya? HARUS MAMPU!!
Gadis belia ini pandai sekali membungkus hatinya rapat. Sampai tak terendus. Susungguhnya dia membutuhkan teman yang dengan tulus mau menjadi pendengar celotehan manjanya. Satu saja cukup. Asalkan perempuan. Tetapi tak kunjung ia dapatkan.
Kalau ingin berbicara soal hati pada bundanya, ia harus berpikir dua kali. Sang bunda terlalu sensitif untuk urusan ini. Cukup dengan sekolah yang benar,  mengaji, belajar yang rajin dan mencetak prestasi, gadis belia ini telah memenangkan hati bundanya.
Tetapi zona nyaman dalam keluarga memang tidak cukup. Hey!! Gadis belia ini butuh teman bicara. Siapa yang mau berteman dengannya? Dengan ketulusan.. Sayangnya tetap tidak ada.
Orang-orang terdekatnya, orang-orang yang pernah menyentuh hidupnya, pendengar yang baik dari celotehan manjanya, adik kelas, kakak kelas, teman sebaya, guru, semuanya laki-laki. Andai saja mereka adalah perempuan, urusannya tentu akan berbeda.
Gadis belia ini mulai bosan mencari. Ia masih tetap berjalan sendiri. Masih juga menutup diri. Menyimpan semua rahasia hatinya sendiri. Gadis belia ini mulai merutuki dirinya yang sok misterius. Ia bosan dengan drama kehidupannya yang tak kunjung usai. Ia bosan dengan kepura-puraan.
2012 semuanya bermula. Tentang dirinya yang MERASA baru dilahirkan ke dunia. Tentang pemudanya yang menyenangkan. Tentang orang-orang yang menyentuuh hidupnya.
Dan 2021 dia sendiri yang harus mengakhirinya. 2021 semua cerita harus selesai.
Apa yang akan dilakukannya? Akankah ia bertahan? Atau akan memilih mati saja? Ada apa dengan episode 2021? Ada apa dengan gadis belia yang tiba-tiba mellow begini? Akan bagaimana ending ceritanya?

Kurang ajar betul kau menanyakan bagaimana ending ceritanya!! Hey, kau Pembaca! Jangan terlalu berharap pada penulis yang pemurung ini. Dia hanya manusia, yang tidak tahu apakah novelnya akan diselesaikan atau tidak. Loh, kenapa? Karena dia bingung darimana dia akan memulainya. “Dasar penulis amatir!!” Penulis remaja yang ngawur bin amatir ini merutuki diri.

9 komentar:

  1. syukron... will wait to reallize your novel
    ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Be my inspiration, because we're family..
      syukron..

      Hapus
  2. Mba di tunggu novelnya... ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Doanya ya.. :)
      kalau beneran udah terbit, jangan lupa dibeli terus dibaca.. hehe :D

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  3. ".......Satu-satunya solusi terbaik menurutnya adalah dengan ‘membunuh cinta’ yang belum seharusnya ada...." Mbaint, ini kok ya kayak pas banget buat remaja yang lagi mulai jatuh cinta. ♥ Ini juga kok kaya Mbaint sekalii, jadi penasaran sama mba Intannya :D semoga novelnya cepet rampung ^,^

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin..
      doain dulu, doain lagi, doain terus yaa..
      "Semua ada waktunya masing-masing, udah ada yang ngatur juga kok, so, kita jalanin peran kita dengan tidak terburu-buru mengambil keputusan soal cinta, seseorang yang terbaik menurut kita belum tentu baik versi Sang Pencipta."

      Hapus
  4. Aamiin, pokoknya sebelum eka lulus semoga udah beres ya MbaInt :D ehehe kok maksa.

    Ah, itumah kaya semacam nasihat buat Eka loh mba :D hihii. MbaInt tau isi hatiku yaa? Tapi iyaloh, ngga usah keburu-buru, sudah ada Yang Maha Pengatur.

    BalasHapus