Kamis, 03 Desember 2015

Kuliah, Siapa Takut!



Sudah habis masa esema. Setelah itu mau apa? Kerja? Okey, boleh lah. Biar bisa cari uang sendiri. Tapi kerja apa? Kita punya apa yang bisa menghasilkan uang? Atau kuliah saja? Ini lebih menantang. Karena kita harus menguras otak lagi. Apalagi di dunia perguruan tinggi pastinya akan banyak tuntutan-tuntuntan. Biayanya juga pasti tidak murah. Eah, jadi enggan? Atau kursus saja ya? Setahun bisa dapat sertifikat, pengalaman kerja langsung di lapangan, dan budget lebih sedikit. Tapi sertifikat kursus aja, kayaknya masih kurang.
“Lantas, mau apa setelah esema?”
“Kuliah dong.”
Cakep. Sebuah jawaban cerdas. Belajar di mana sih? Hehehe
Sobat kece, pendidikan tinggi itu penting lho. Penting buat yang MERASA membutuhkan. Mengapa
demikian? Pendidikan dasar dan menengah tidak menjamin kita bisa menaklukan tuntutan hidup di era globalisasi. Sudah tahu berita tentang MEA (Masyarakat Ekonomi Asean)? Pasti sudah tahu lah. MEA akan booming di akhir tahun 2015 ini lhoo..
Siapkah kamu menghadapi MEA?
Kamu merasa pemuda? Berapa usiamu sekarang? Tujuh belas atau delapan belasan? Sebentar lagi menginjak kepala dua, artinya usiamu sudah produktif. Lantas, berapa usiamu di tahun 2045? Ada apa di tahun 2045? Mau kiamat? Na’udzubillah (semoga kita terhindar dari syirik), horror banget ya? hehehe
Sobat Intan yang berbahagia, di tahun 2045, bangsa kita Indonesia tercinta genap berumur satu dekade. Daron Acemoglu dan James A. Robinson, dalam bukunya Why Nations Fail: The Origin of Power, Prosperity, and Poverty mengemukakan bahwa kita bisa melihat apakah Negara gagal atau tidak di usia dekade 90-100 tahun. (Renaldy Akbar-Co Founder and President Indonesia Youth Projects)
So, di usia kita yang nyaris setengah abad di tahun 2045 kelak, kitalah (pemuda saat ini) sebagai pemegang kendali bangsa ini. Apa yang bisa kita torehkan untuk Indonesia 2045? Akan berjuang menuju keberhasilankah? Atau justru sebaliknya?
Kembali ke pokok permasalahan utama, akan ke mana setelah esema? Kuliah. Yups. Sepertinya alur pemikiran kita sejalan.
Tidak masalah ketika kita memilih opsi setelah lulus esema untuk langsung berlatih kerja. Tetapi di tengah pekerjaan kita itu tetap saja perlu kita selipkan belajar, sekalipun secara otodidak. Mengapa? Belajar itu penting. Terutama belajar membaca situasi. Kita memerlukan wawasan yang luas, agar pengetahuan yang kita miliki tidak ketinggalan dengan bangsa asing yang kelak akan dengan mudah keluar masuk Indonesia melalui MEA.
Sedangkan kita —mahasiswa—  sebagai output pendidikan tinggi baik sekolah tinggi, institute, maupun universitas, tentunya memiliki kapasitas wawasan dan ilmu pengetahuan yang berbeda dengan output dikdasmen. Di perguruan tinggi, mahasiswa disadarkan hatinya tentang masa depan bangsa. Tentang kewajibannya setelah mendapatkan gelar sarjana. Apalagi kewajiban seorang mahasiswa selain kembali ke tanah lahir untuk mengabdi kepada lingkungan masyarakat yang telah membesarkan namanya?
Ayo, putuskan sekarang bahwa kamu akan kuliah setelah lulus esema. Niatkan kuliah untuk ibadah, untuk memenuhi kewajiban menuntut ilmu, untuk menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan. Bulatkan tekad sekarang  juga untuk kuliah. Yakinkan dirimu bahwa kamu punya kemampuan untuk bisa masuk ke PTN impianmu. Bagaimana caranya? Adakah trik-triknya?
Baca artikelku “Catatan Pengalaman Intan Mengkuti Tes SBMPTN 2015” yaa..
Visit this link :: http://coretanpenaintan.blogspot.co.id/2015/12/catatan-pengalaman-intan-mengkuti-tes.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar