Minggu, 12 Agustus 2018

Friendship Goals



Seseorang yang tidak aku kenal pernah bilang di salah satu media sosialnya, “Berteman adalah beribadah”. Di mana letak ibadahnya? Di semua aktivitas yang mengarahkan kita untuk mengingat Tuhan, begitu kata dia. Rupanya aku masih berpihak. Jelas sekali.

Ada sebuah cerita, masih tentang Kansa, temanku. Dia cukup idealis menurut versiku. Apa yang menurut dia keliru, dia tidak langsung menghakimi seseorang telah berlaku salah. Yang keliru masih bisa diperbaiki. Kata dia lagi, sebenarnya di dunia ini tidak ada yang salah, mereka hanya belum mengerti. Jleb. Kendati dia bisa memahami kesalahan orang-orang dengan baik, dia sangat anti dengan yang namanya kebohongan. Dia tidak suka dibohongi, maka dia juga berusaha keras untuk tidak berbohong dalam kondisi terdesak sekalipun.

Suatu hari, dia pernah sangat marah pada temannya yang dengan tanpa dosa mengajaknya untuk bekerja sama saat ujian. Baginya, ini bukan soal melanggar solidaritas antarteman, melainkan ini semacam prinsip. Dia bilang, kalau ujian tidak bisa menjawab pertanyaan, jangan pernah punya keinginan untuk menyontek. Ini semua biar kita bisa melihat konsekuensi dari kenakalan karena tidak belajar. Lebih jauh, percuma rasanya kalau nanti nilainya bagus, lalu huruf mutunya baik, sehingga indeks prestasinya gede tapi hasil patungan dari otak orang lain. Malu enggak sih, kalau berlabel cerdas karena nilai padahal otaknya kopong?

Itu sekilas konfliknya dengan seorang teman. Seminggu yang pasti akan berlalu, dia mengirimiku surat yang menguras otakku untuk bekerja berpikir.

Yth. Temanku yang yang tidak terlihat.
Kamu bukan seorang teman yang baik, aku tahu itu. Kenapa aku bilang begitu? Karena dalam hatimu pasti menolak kalau aku mengataimu baik, tho? Aku juga begitu, hatiku juga menolak keras kepada pernyataan siapapun yang mengataiku orang yang baik. Aku sadar betul, ada banyak keculasan di diriku, ada banyak aib yang Tuhan sembunyikan sehingga yang nampak di permukaan hanyalah yang baik-baiknya saja.
Anyway, mungkin aku sangat tidak pandai memaknai pertemanan. Aku bukan teman yang selalu menyenangkan, melainkan mungkin lebih sering nyebelin karena keras kepala, susah dibilangin, bahkan sok idealis. Di luar semua keculasanku, kamu perlu tahu kalau aku punya cita-cita jangka panjang dalam urusan pertemanan. Aku pengin, bersama teman itu enggak cuma seru-seruan di dunia dengan jalan-jalan menadaburi alam atau makan ala angkringan bahkan kafe, atau haha hihi di media virtual, atau bersitegang menggosipkan isu nasional. Aku pengin banget yang namanya bisa explore surga bareng-bareng. Makanya, aku minta ke Tuhan biar dikasih teman yang bisa mengingatkan aku buat pandai bersyukur, teman yang tulus, enggak suka culas. Daann, sampai saat ini sih masih kamu, enggak tahu deh kalau bulan depan Tuhan kasih yang baru, mwhaha.
Thank you so much sudah sering banget menyadarkan aku betapa pentingnya makan dan istirahat walaupun sampai sekarang aku masih belum mau tobat dalam indisiplinerku urusan makan, terutama sayur, mwhehe. Pun aku minta maaf kalau selama ini cuek banget sama kamu. Itu karena aku takut kalau menasehati kamu macam-macam, lah wong aku aja belum mampu menjalankan nasihat yang aku lontarkan ke orang lain. Itu semacam beban hidup yang berat banget, sumpah. Tapi aku akan mencoba belajar menjadikan nasihat buat orang lain biar jadi reminder untuk diriku sendiri. Pelan-pelan belajar peduli, bantuin yaa.. 
Lagi, maafkan juga kalau aku (sok-sokan) demikian sibuk sampai jarang banget yang namanya membuka komunikasi, sehingga kamu terus yang harus memulai. Parahnya, sering banget, ya, pesan kamu aku baca doang, wkw. Ada dua alasan kenapa aku kayak gitu. Pertama, barangkali aku sedang gusar pada seseorang, sedang kacau, gelisah, atau semacamnya. Aku sangat tidak ingin kalau kamu jadi pelampiasan atas kegusaranku. Yang kedua, itu karena aku kehabisan topik :v
Maafkan aku yang belum bisa jadi teman yang baik, ya. Maafkan aku kalau sering bikin kamu gemas dan geregetan atas keabsurdanku. Maafkan aku yang enggak pekaan, semena-mena nganggurin pesan kamu sampai berbulan-bulan. Maaf kalau kamu sampai bosan menanyakan kabarku pasti lagi enggak baik atau baru enggak baik.
Aku melihat diriku sekarang yang benar-benar jarang pulang, sibuk, benar-benar bikin aku terlampau konsentrasi dengan orang lain sampai lupa kalau aku punya orang-orang yang membutuhkan perhatianku. Cies, mwhaha. Enggak deng, sejujurnya, aku tidak menghubungimu itu karena aku takut banget mengganggu waktu produktifmu. Aku merasai kesibukan, jadi aku juga bisa membayangkan kesibukan orang lain. Fyi, aku pernah mengacaukan hidup seseorang, cukup sekali, jangan sampai ada korban lagi karena gangguin kenyamanan hidup orang lain itu bikin hidup sendiri jadi enggak tenang. Anw, aku ini tipe-tipe manusia pemikir bahkan mungkin sudah taraf over thinker walaupun endingnya bakal bersikap biasa aja, wkw.
Well, akhir-akhir ini aku terlalu sibuk dengan aktivitasku sendiri. Dan lucunya, aku merasa kehilangan. Maaf, aku terlalu fokus pada masalahku, sampai-sampai aku lupa menyapa kamu. Ini, surat buat kamu, semoga bisa menggantikan perhatian yang sempat hilang.
Tertanda, penikmat senyap.

Seketika raut mukaku berubah. Siapa sih, Kansa? Siapa pula aku? Kenapa diriku seperti ada di dalam aku? Entah. Yang jelas, Sophie bukanlah Hilde. Pun Kansa bukanlah aku. Namun, mengapa cerita keduanya begitu berdekatan? Rasanya aku ingin mengutuki diri. Mungkin aku teralu terobsesi dengan Jostein Gaarder. Aku menjalankan hidupku dalam dongeng yang aku ciptakan sendiri. Great!
 
Satu hal yang sangat penting untuk aku panjatkan ialah, semoga Tuhan tidak murka kepada calon penulis yang pemalas sepertiku. Selanjutnya, harus lebih rajin. Tokoh dari cerpen Edgar Allan Poe yang ingin membunuhku sudah menanti untuk dijelajahi.

Catatan: Seandainya bisa dan mau, besar keinginanku untuk meneruskan surat ini buat dia (seseorang yang tidak terlihat). Sayangnya, kami sedang puasa bicara.

3 komentar:

  1. Aku mau kok jadi kurir suratnya, kasih saja nama serta alamatnya, yha !

    BalasHapus
  2. Tanpa kurir, suratnya bisa sampai di alamat tujuan kok. Jempol udah terlatih, tinggal klik aja :v

    BalasHapus