Senin, 12 November 2018

Abadi Menjadi Anak-Anak

Hari ini yang kemarin Kansa ulang tahun. Aku menyadarinya saat tetiba dia menyodoriku kue tart pemberian dari tantenya. Aku seketika mengucap kalimat macam-macam, agak berlebihan. Aku mendoa, dengan kalimat yang macam-macam juga. Memang ya, naluri alay sulit dibendung saat ada teman yang ultah, wkw.


Setelah sepotong kue masuk ke perutku, aku menanyai Kansa, "Kamu pengin apa di ultah kamu yang ke-8 ini?" Dengan nada polos dia menjawab, "Aku pengin, papa enggak marah kalau nilai ulangan aku jelek."

Ah, aku ingat bagaimana aku pernah menjadi anak-anak. Segalanya nyata di pusat kesadaranku, masih segar dalam ingatan seperti baru terjadi kemarin.

Aku bercerita pada Kansa. Waktu esde, saat teman-temanku masih ada yang suka ngences, aku sudah berimaji ada angka yang punya jenis kelamin. Sekarang, aku sudah bisa bikin anak banyak dari angka-angka itu.

Dahi Kansa terkernyit seperti enggan menyimak ceritaku. Dia kesal denganku yang mulai dewasa, yang mulai mencintai angka-angka. Memang, Kansa bilang, orang dewasa tidak pernah dapat memahami maksud anak-anak. Persis seperti kata Pangeran Cilik. Orang dewasa selalu membutuhkan penjelasan. Kansa tidak ingin menjadi dewasa, dia ingin abadi menjadi anak-anak saja. Well, now i understand why Peter Pan didn't want to grow up.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar